728x90 AdSpace

Artikel Baru

Powered by Blogger.
Monday, 11 February 2013

HOMPIMPAH.TV!


Pengobatan Alternatif Yang Perlu Dikritisi - Pengobatan Gaib



Pengobatan Gaib

Karakteristik Umum 

Pengobatan gaib merupakan bagian dari mistik atau magic. Pengobatan ini ditandai dengan dominannya mantra, jampi-jampi, atau doa-doa. Alat-alat yang digunakan biasanya berupa benda-benda yang terkait dengan simbol atau ritual keagamanan tertentu; benda-benda bersejarah (antic); atau benda-benda langka dan unik (alamiah atau buatan). Bahan-bahan yang digunakan juga bermacam-macam: air bening, bagian-bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah, getah, dll); organ tubuh hewan (mulai dari bulu atau rambut, kulit, kuku atau cakar, hati, darah, telur, hingga kotoran); serta berbagai bahan lain seperti minyak wangi, dupa, kemenyan dan sebagainya. Proses pengobatannya sangat beragam, mulai dari yang hanya mengandalkan kekuatan doa, mantra atau jampi-jampian yang langsung diarahkan pada pasien tanpa disertai alat atau bahan apa pun, hingga aktivitas ritual yang kompleks seperti mandi kembang dan sebagainya.

Berdasarkan karakteristik tersebut, maka yang dimaksud dengan pengobatan gaib adalah semua praktik pengobatan yang menggunakan unsur-unsur mistis, magis, atau perpaduan mistis dan magis, baik yang melibatkan ritual-ritual atau alat dan bahan-bahan (material) tertentu, maupun yang tidak.

Meski tata cara, alat, atau bahan yang digunakan dalam berbagai pengobatan gaib mungkin sama, tetapi nama atau sebutannya berbeda, bergantung pada latar belakang kepercayaan atau etnis praktisinya. Sering juga pengobatan yang dilakukan seorang dukun sangat unik berbeda dengan dukun lain, tekniknya dikembangkan sendiri. Tentunya, keunikan itu akan diklaim sebagai petunjuk gaib atau wangsit yang diterima dukun tersebut.

Seorang dukun mungkin berasal dari tradisi penganut agama tertentu yang eksklusif. Meskipun agama dukun tersebut eksklusif, tetapi dalam berpraktik cenderung mengabaikan eksklusivisme tersebut. Meski alasan sebenarnya adalah uang, tetapi dalih yang digunakan adalah ilmunya berlaku untuk semua manusia, bersifat universal.

Macam-macam Pengobatan Gaib

a. Rukyah

Rukyah adalah teknik pengobatan menggunakan kekuatan ayat-ayat kitab suci atau doa-doa menurut tradisi Islam. Pengobatan ini didasarkan pada keyakinan adanya makhluk gaib yang mempunyai personalitas yang disebut jin. Makhluk ini dipercayai mempunyai kepentingan terhadap manusia, antara lain, dengan cara merasuk ke dalam diri manusia. Keberadaan makhluk tersebut di dalam diri manusia dapat menyebabkan berbagai gangguan fisiologis maupun psikologis. Bagi praktisi rukyah semua penyakit atau kesakitan yang dialami manusia disebabkan oleh jin. Jin itu dapat diusir dengan dibacakan ayat-ayat Al Kuran, atau doa-doa atau zikir-zikir khusus (menurut versi praktisi tersebut).

Pada prinsipnya, demikian dikatakan oleh para praktisi rukyah, pengobatan ini dapat dilakukan oleh siapa saja. Yang penting orang itu taat beribadah, hafal ayat-ayat, doa-doa, atau zikir-zikir yang diperlukan. Meski pun begitu, tidak semua orang mampu melakukannya dengan efektif karena berbagai hal, karenanya pasien atau masyarakat umum lebih disarankan untuk meminta jasa orang-orang yang sudah memenuhi syarat dari sisi keimanan, akhlak, dan ilmunya. Siapa sajakah mereka itu? Ya, yang pasti, para praktisi rukyah itu tadi. Sebenarnya fungsi praktisi rukyah sama saja dengan dukun, tetapi umumnya mereka menolak dikatakan dukun. Mereka lebih suka menyebut mereka sebagai ustad (guru) atau kiyai.

Di Indonesia pengobatan rukyah pernah dipublikasikan secara intensif melalui televisi, antara lain, melalui penayangan ritual pengobatan yang disiarkan langsung atau pun melalui siaran tunda. Pada beberapa tayangan, sejumlah (puluhan atau ratusan) pasien “dirukyah” secara massal. Pasien umumnya terdiri dari orang dewasa dan sebagian besar adalah wanita. Kegiatan diawali dengan pembacaan ayat-ayat suci Al Kuran, salawat nabi, zikir, kadang disertai ceramah, lalu disusul dengan bacaan-bacaan khusus oleh praktisi rukyah. Setelah itu, secara tiba-tiba, salah seorang atau beberapa pasien berteriak-teriak histeris, muntah-muntah, dan ada pula yang tubuhnya kejang-kejang.

Fenomena teriakan, tubuh kejang, dan sebagainya itu diklaim sebagai pertanda bahwa kalimat-kalimat rukyah yang dibacakan tadi telah berpengaruh pada jin yang ada di dalam diri pasien. Teriakan atau celotehan dan gerakan-gerakan pasien tadi adalah reaksi jin. Jin-jin itu ada yang berontak, melawan, menyesal, dan sebagainya. Kadangkala terjadi dialog antara praktisi rukyah dengan “jin” yang merasuk di dalam tubuh pasien tadi. Memang tidak semua pasien menunjukkan reaksi sperti itu, banyak juga yang tenang. Pasien yang tenang ini paling-paling hanya memberi reaksi berupa jawaban informatif atas pertanyaan praktisi mengenai “apa yang dikeluhkan”, dan bereaksi kembali dengan jawaban konfirmatif ketika ditanya “apakah yang bersangkutan sudah merasa lebih baik”.

Ada beberapa pertanyaan yang menggelitik akal sehat terhadap fenomena pengobatan seperti ini:
Ø Benarkah beragam penyakit (psikis dan fisik) itu dapat disangkut-pautkan dengan ulah jin? Abapila jawabannya ya, maka jin itu wujudnya dapat berupa: beragam jenis virus; bakteri pathogen; makhluk-makhluk parasitik seperti cacing kremi dan Plasmodium; asam lambung, gula darah, batu empedu dan sebagainya. Bila fenomena histeria juga disebabkan oleh jin, maka jin itu adalah segala sesuatu yang ada dan tampak di sekitar kita juga, seperti: manager atau atasan yang galak; suami yang berselingkuh atau berpoligami; daftar harga barang yang terus melambung; daftar hutang yang makin membengkak; atau buku tabungan yang bersaldo minus.

Ø Benarkah penyakit (penyebab timbulnya gejala kesakitan) si pasien benar-benar hilang? Dari beberapa tayangan praktik rukyah secara massal terlihat ada beberapa pasien yang tampak “terpaksa” mengiyakan pertanyaan konfirmatif praktisi. Misalnya, pasien mengeluh sakit leher. Setelah kepada si pasien dibacakan sesuatu, si pasien ditanya: “Bagaimana, sudah baikan?” Jika si pasien menjawab belum, praktisi mengulangi bacaan itu sambil memijit agak keras bagian yang sakit, lalu pasien kembali ditanya “Sekarang sudah lebih baik, kan?” Karena nada dan bentuk pertanyaannya sedikit memaksa dan menggiring, ditambah pijitan keras tadi, maka si pasien tak punya pilihan selain menjawab “Ya”.

Ø Mengapa jarang terlihat pasien dari kelompok balita yang dirukyah? Konon, tubuh (raga) balita belum cukup kuat untuk dijadikan “arena” pertarungan praktisi ilmu rukyah dengan jin. Jika dipaksakan akan membahayakan si balita. Benarkah begitu? Pertama, jika disakiti dengan pijitan keras si anak balita akan kesakitan dan menjerit sejadi-jadinya, sulit dikendalikan, dan sakitnya malah bertambah parah. Kedua, bila diberi sesuatu makanan atau minuman tertentu, misalnya untuk memicu rasa mual dan sebagainya si balita bisa collapse, jika itu terjadi image terhadap rukyah akan sangat negatif. Ketiga, balita masih polos, belum dapat dipengaruhi dengan pernyataan atau pertanyaan penggiring untuk menghasilkan jawaban konfirmatif yang diharapkan.

Ø Mengapa lebih banyak wanita, dan mengapa pula kelompok inilah yang umumnya bereaksi “positif” terhadap kalimat-kalimat rukyah? Wanita adalah kelompok yang mudah terserang hysteria. Itulah mengapa dalam berbagai kasus kesarupan masal di sekolah atau pabrik-pabrik yang kerap disiarkan media massa, korbannya adalah wanita.

b. Pengobatan korban kesurupan

Media massa di Indonesia tidak pernah kosong dari pemberitaan seputar kasus kesurupan massal. Dalam lima tahun terakhir, kasus kesurupan menimpa pelajar beberapa sekolah (SLTP dan SLTA) dan buruh-buruh pabrik. Semua kasus kesurupan itu dikaitkan dengan makhluk halus, khususnya jin. Salah satu yang cukup menarik adalah kasus kesurupan yang menimpa buruh wanita salah satu pabrik rokok yang cukup terkenal di Jawa. Kasus kesurupan di pabrik rokok itu terjadi berulang kali, dan sering di beritakan di televisi.

Karena begitu seringnya terjadi dan disiarkan televisi, kasus kesurupan buruh pabrik rokok tersebut mengundang komentar dari banyak kalangan: pendidik, tokoh agama, psikolog, hingga budayawan, Salah satu komentar bernada sinis menyatakan kesurupan itu sebenarnya hasil rekayasa, si buruh ingin mendapat perhatian publik, dan si dukun yang mengobatinya mendapat promosi. Anehnya, setelah komentar-komentar sinis yang memojokkan “si pelaku” itu dipublikasikan media, kasus kesurupan di pabrik rokok itu pun tidak berulang, setidaknya tidak ada lagi pemberitaannya.

Komentar komentar sinis terhadap fenomena kesurupan cukup wajar karena beberapa alasan. Pertama, dari sisi korban. Fenomena kesurupan, dalam terminologi ilmu psikologi di sebut hysteria. Hysteria sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu Penyakit kejiwaan ini umumnya dialami kaum wanita yang sudah melewati usia pradewasa (remaja). Kelompok yang kerap atau berpotensi mengalami histeria adalah mereka yang memiliki sifat atau kondisi sebagai berikut.
· ingin menjadi pusat perhatian;.
· percaya akan adanya hubungan akrab yang lebih daripada yang dialami;
· dalam bergaul cenderung provokatif dan suka merayu/menggoda;
· sering bicara mengambang, pandangan dan pendapat yang diajukan tidak mengandung alasan yang cukup;
· emosi mudah berubah dengan cepat;
· mudah dipengaruhi orang lain.
Dalam salah satu pemberitaan kasus kesurupan buruh pabrik rokok melalui televisi ada potongan gambar yang cukup mengundang senyum. Di layar tampak seorang “korban” yang berteriak-teriak ringan dibopong oleh beberapa orang dari dalam gedung menuju ke luar, mendekati posisi kamera. Ketika posisi rombongan tadi berada dekat dengan kamera, gambar korban hampir mendekati close up. Tanpa diduga, korban yang tadinya berteriak biasa-biasa saja, tiba-tiba melirik sekilas ke arah kamera lalu menjerit dan meronta lebih keras. Rupanya si korban menyadari dia sedang disorot kamera. Lirikan sekilas yang tertangkap kamera itu benar-benar sebuah respons sadar, sebab setelah itu dia mengalihkan pandangannya lalu menjerit dan meronta lebih keras. Kelucuan ini cocok dengan sifat pertama, yaitu korban hysteria ingin jadi pusat perhatian.

Kedua, dari sisi publikasi. Mengapa pada beberapa kasus kesurupan tersebut para dukun hadir bersamaan waktunya dengan para wartawan? Ada beberapa kemungkinan, pertama informasi tentang kejadian itu disampaikan secara simultan, kepada dukun dan kepada wartawan, oleh “pihak perusahaan” atau pihak korban. Apa motivasinya? Kemungkinan kedua, informasi itu diberikan oleh dukun kepada wartawan segera setelah mendapat order dari perusahaan. Untuk apa para dukun itu menyertakan wartawan?

Ketiga, dari sisi tindakan pertolongan. Semua kejadian hysteria tersebut disimpulkan sama, yaitu karena kerasukan jin. Cara penyembuhan yang dipilih adalah menggunakan jasa dukun melalui metode pengobatan gaib. Kasimpulan tentang penyebab penyakit dan keputusan tentang tindakan yang serba gaib itu dapat menyesatkan dan menjerumuskan masa depan si sakit. Orang yang memiliki kelainan ini (hysteria), jika tidak mendapat terapi kejiwaan yang semestinya, memiliki kecenderungan bunuh diri. Akan lebih bijaksana jika si sakit dibimbing agar mampu mengembangkan hubungan yang lebih positif dengan teman dan masyarakat di lingkungannya.

c. Operasi bedah secara gaib
Di abad ke-21 ini, ketika ilmu kedokteran dan teknologi pengobatan sudah berkembang sedemikian pesatnya, masih banyak orang yang berani mengklaim dapat menyembuhkan penyakit melalui operasi secara gaib tanpa menimbulkan luka pada tubuh si pasien. Salah seorang dari sekian banyak orang sakti semacam itu adalah Aslambaba di India. Aslambaba mengaku dapat melakukan operasi pengangkatan usus buntu, batu ginjal, memperbaiki klep jantung, dan operasi by pass pada jantung secara gaib. Yang lebih spektakuler lagi, operasi tersebut dapat dilakukan secara massal terhadap ribuan orang secara serempak.. Pernah dikabarkan Aslambaba melakukan operasi terhadap 4-5 ribu pasien yang membayar 50 rupee di sebuah lapangan terbuka.

Bagaimana tekniknya? Sangat sederhana. Untuk pasien yang ditengarai menderita penyakit batu ginjal, tanpa melalui diagnosis apa-apa, Aslambaba cukup menggambar sketsa ginjal di atas selembar kertas, menaruh kertas tadi di dalam baki yang berisi air sambil membaca mantra. Kemudian, kertas ditempelkan pada tubuh pasien, lalu Aslambaba menggerak-gerakan tangannya di atas kertas tadi. Beberapa saat kemudian, sebuah batu telah tergolek diatas kertas tersebut. Batu itulah, katanya, yang mengendap di dalam ginjal si pasien, yang sudah berhasil dia angkat secara gaib.

Masih di India, di kota Bangalore, auditorium Le Meridien Hotel suatu hari dipenuhi pasien dan orang-orang yang ingin menyaksikan dari dekat aksi penyembuhan gaib melalui operasi tanpa pembedahan yang dilakukan oleh Alex Orbito dari Filipina. Para pasien yang ingin mendapat pengobatan harus membayar 5000—10.000 rupee per orang. Pada kesempatan itu juga hadir pejabat dari departemen kesehatan setempat disertai beberapa anggota organisasi kedokteran India, sebagai pengamat.

Teknik operasi yang digunakan Orbito terhadap berbagai penyakit adalah sama. Dia cukup mengusap-usapkan tangan yang diklaimnya memiliki kekuatan gaib pada tubuh pasien, tepat pada bagian yang sakit atau bagian yang akan dioperasi. Hebatnya, kendati aksi “pembedahan” itu tidak meninggalkan luka, Orbito selalu berhasil menghadirkan bukti hasil operasi berupa cairan bening, darah, atau jaringan tubuh yang diklaimnya diangkat dari bagian tubuh yang dioperasi.

Ketika cairan atau jaringan tadi diminta oleh tim pengamat untuk diperiksa di laboratorium, para pembantu Orbito tidak memberikannya. Alasannya, cairan dan jaringan tadi mengandung “energi negatif” tubuh si pasien, yang jika diberikan kepada orang lain si dukun akan kehilangan kemampuannya. Keanehan lain adalah panitia dan para pembantu Orbito selalu mengatakan pada pasien: “Ini akan membutuhkan waktu”, maksudnya efek kesembuhan tidak dapat segera dirasakan. Apa makna semua keanehan itu?

Penelitian-penelitian yang dilakukan para rasionalis skeptik seperti James Randi dari JREF, Dr. William A Nolen—ahli bedah di Minnesota Amerika Serikat, dan reporter-reporter majalah Sceptical Inquirer terhadap klaim-klaim serupa di Amerika dan Eropa mengungkapkan bahwa semua klaim tentang bedah gaib, termasuk yang dilakukan dukun Filipina itu hanyalah penipuan belaka. Cairan dan jaringan yang diklaim sebagai jaringan tubuh si pasien sesungguhnya tidak berasal dari tubuh si pasien. Cairan dan jaringan tersebut adalah cairan atau jaringan hewan yang sengaja dipersiapkan dan disembunyikan dengan sangat rapih.

d. Operasi dengan isapan dan jilatan
Operasi dengan mulut (isap atau jilat) sebenarnya sudah tergolong kuno karena sudah dipraktikkan oleh dukun-dukun Indian jaman dulu. Meskipun sudah kuno, masih juga ada yang menerapkannya di zaman sekarang karena pasiennya memang percaya.

Teknik ini biasanya dilakukan oleh dukun yang mengaku memiliki kemampuan tenaga dalam melalui mulut untuk mengeluarkan sumber penyakit si pasien. Carannya, dukun menghisap bagian tubuh pasien di daerah yang dianggap sebagai sumber penyakit atau yang dirasakan nyeri oleh pasien. Penulis sulit membayangkan apa yang akan terjadi jika si pasien adalah seorang wanita yang dinyatakan menderita kanker rahim atau kanker payudara, sementara dukun hisapnya adalah seorang pria. Bagian mana dari tubuh wanita itu yang akan dihisapnya?

Setelah adegan hisap-menghisap, si dukun akan memuntahkan hasil hisapannya ke sebuah wadah yang telah disiapkan untuk menampungnya. Yang dimuntahkan itu macam-macam bergantung pada apa jenis dan sumber penyebab (dugaan) penyakit tersebut. Jika si dukun mengatakan bahwa penyakitnya terdapat di dalam darah maka si dukun akan memuntahkan darah. Jika si dukun mengatakan bahwa si pasien itu sakit karena guna-guna mungkin si dukun akan memuntahkan paku atau pecahan kaca. Apa sesungguhnya yang terjadi dan dari mana benda-benda yang dimuntahkan tadi berasal?

Semua itu hanyalah trik seperti yang banyak dilakukan oleh tukang sulap. Sebelum melakukan adegan hisap si dukun sudah memasukkan benda-benda tadi ke dalam mulutnya. Benda tadi baru dikeluarkan setelah dia melakukan aksi penghisapan.

d. Pengobatan gaib jarak jauh
Dalam dunia medis modern, pengobatan jarak jauh berkembang seiring dengn berkembangnya teknologi iformasi. Di Jerman, misalnya sudah dikembangkan metode pengobatan jarak jauh menggunakan jaringan komputer yang disebut e-medicine, singkatan dari electronic medicine. Dalam metode ini, pasien dan dokter terpisah oleh jarak, pasien di rumah, dokter di rumah sakit. Di kamar pasien dipasangi berbagai peralatan berbasis elektronik untuk pemantau keadaan pasien. Tekanan darah, suhu tubuh, parameter-parameter darah, parameter urin dan feses, serta keadaan luar pasien dapat dipantau melalui monitor komputer yang berada di tempat dokter. Melalui data-data komputer itulah dokter memberi saran apa yang harus dilakukan oleh keluarga atau siapa pun yang merawat pasien tersebut.

Bagaimana dengan pengobatan gaib jarak jauh? Sama, yaitu dukun dan pasien terpisah oleh jarak,. Bedanya, dokter modern memasang peralatan berbasis komputer untuk memantau perkembangan fisiologis pasien; sedangkan dukun jarak jauh cukup mendengar suara pasien lewat telepon, melihat foto pasien, atau hanya keterangan singkat data si sakit untuk menentukan penyakit pasien. Dokter menulis resep untuk obat yang akan diberikan pada pasien, dukun memberikan obatnya melalui telepati atau jasa jin Memang, tidak semua pengobatan gaib jarak jauh sesimple itu.

Di Lampung, stasiun televisi (TVRI) daerah setempat pernah membuka program siaran (rubric) yang judulnya “Pengobatan Alternatif”. Dalam rubrik itu, selalu hadir dukun sebagai narasumber, kadang juga dukun dan “pasien” hadir mengisi acara tersebut. Pada salah satu edisi siaran langsung, pengobatan dilakukan secara interaktif, pasien di rumah menyampaikan keluhannya lewat telepon. Dukun di studio menyaluran kekuatan gaib atau memberikan panduan melalui layar televisi, meminta pasien untuk melakukan gerakan tertentu atau menirukan gerakan yang dicontohkan oleh si dukun. Hasilnya? Entahlah.

Yang patut dikritik dari contoh pengobatan melalui siaran televisi adalah apa landasan logis yang digunakan pengelola siaran sehingga berani membuka program siaran seperti itu? Sudah cukupkah rujukan empirik pengelola siaran tentang pengobatan alternatif? Apakah pengelola benar-benar yakin akan efektivitas pengobatan seperti itu? Sudahkah siaran itu dikaji kelayakannya dari berbagai aspek: ilmu medis, pendidikan, agama, politik dan sebagainya? Hanya pengelola siaran itu saja yang tahu.

Selanjutnya, hal lain yang penting untuk dikritisi dari acara-acara pengobatan jarak jauh model interaktif melalui siaran televisi, radio, atau internet adalah kerentanannya terhadap manipulasi. Orang-orang yang hadir dan berpartisipasi dalam praktik pengobatan yang ditayangkan televisi, misalnya, bisa saja orang-orang dekat si dukun. Orang ini diberi peran sebagai pasien dengan keluhan tertentu, setelah melalui ritual pengobatan orang tersebut harus mengaku sembuh (karena memang tidak sakit). Berikutnya, orang yang menelepon ke operator acara, siapakah orang-orang itu? Benarkah mereka itu orang-orang independen, bukan orang-orang yang sudah “dipesani” agar menelepon? Banyak rumor yang menengarai bahwa penelepon acara-acara interaktif di televisi atau radio, adalah orang yang memang sudah punya deal dengan pengelola acara tersebut. Apabila acaranya saja sudah sarat dengan manipulasi, lantas bagaimana masyarakat dapat memperoleh manfaat dari pengobatan jarak jauh model itu?

d. Pengobatan dengan rajah
Rajah adalah simbol-simbol mistik yang ditulis di atas kertas. Rajah dibungkus dengan kain hitam atau putih kemudian diikatkan pada si sakit, dengan cara itu diharapkan penyakit lenyap oleh kekuatan rajah tadi. Cara lain, rajah dibakar, abunya dicampur air lalu diminum oleh si sakit. Cara yang kedua ini sungguh sangat berisiko sebab tinta yang digunakan untuk menulis seringkali mengandung zat-zat berbahaya, misalnya logam berat timbal (Pb). Logam ini tidak menguap saat dibakar, melainkan tertinggal dalam bentuk abu.

e. Pengobatan dengan mantra

Mantra adalah kalimat-kalimat mistis atau magis yang bibaca dan diucapkan untuk memperoleh kekuatan gaib. Praktiknya ada beberapa cara. Dukun membaca mantra, setelah selesai dukun meniup bagian tubuh tertentu dari pasien. misalnya pada ubun-ubun. Cara lain setelah membaca mantra dukun menghirup air putih lalu menyemburkannya pada pasien atau ke udara di sekeliling tubuh pasien. Ada pula dukun membacakan mantra sambil memegang gelas berisi air putih, setelah selesai air tadi diminum oleh si sakit. Atau, dukun membacakan mantra terhadap ramuan-ramuan obat tertentu obat-obatan tadi digunakan untuk air mandi si sakit, atau dimakan si sakit.

Untuk tiga cara pertama, khasiat yang diharapkan benar-benar, jika ada, dari mantra. Kalau pun tidak ada khasiatnya secara fisiologis, setidaknya cara itu dapat menimbulkan efek psikologis pada si sakit yang biasa disebut efek sugestif. Untuk cara yang terakhir, jika ada efek, belum dapat disimpulkan bahwa efek itu disebabkan oleh kekuatan mantra, boleh jadi efek yang timbul itu disebabkan oleh ramuan yang digunakan.

f. Pengobatan vitalitas pria
Salah satu nama dalam dunia klenik Indonesia yang sangat popular adalah Mak Erot. Nama itu menjadi begitu popular karena iklan pengobatan vitalitas pria, khususnya untuk memperbesar alat kelamin pria, ala Mak Erot begitu intensnya di media cetak. Fenomena Mak Erot ini banyak menarik perhatian media massa dan para ahli seksologi. MetroTV pernah menayangkan profil pengobatan ala Mak Erot dalam acara Midnight Live. Acara itu menghadirkan seorang dokter ahli seksologi, Dr. Boyke. Siaran langsung itu juga memberi kesempatan kepada penonton untuk melakukan tanya jawab interaktif dengan narasumber yang hadir.

Ternyata, metode Mak Erot benar-benar tidak logis. Klien yang ingin dibesarkan alat kelaminnya cukup memilih salah satu dari beberapa tabung bambu yang ukurannya sesuai dengan besarnya ukuran alat vital yang dinginkan oleh klien. Bambu yang dipilih ini nantinya digunakan sebagai cetakan penganan, sejenis lemang, yang akan diberikan pada klien untuk dimakan. Setelah memakan penganan itulah nantinya si klien berharap alat vitalnya membesar secara ajaib

Menurut pengakuan kerabat, sekali gus asisten, Mak Erot yang dihadirkan di studio bersama Dr. Boyke dalam acara live itu, klien mereka tidak ada yang komplain. Klaim itu segera dibantah oleh beberapa penonton diujung telepon, yang pernah menjadi klien Mak Erot. Menurut penelepon, khasiat pengobatan itu bohong belaka. Ada pun konsumen tidak komplain, semata-mata karena takut ketahuan orang lain, khususnya teman atau kerabat, mereka takut malu. Mereka lebih memilih merelakan uang yang telah mereka bayarkan ketimbang perbuatan bodohnya terbongkar. Kemustahilan klaim tadi, dibenarkan oleh Dr. Boyke. Satu-stunya cara mengubah ukuran alat vital lelaki adalah dengan operasi, tetapi dampak operasi itu dapat menyebabkan fungsi alat vital tadi berkurang kualitasnya.

g. Pengobatan dengan pemindahan energi
Banyak praktisi pengobatan gaib mengeksploitasi kata “energi” sedemikian rupa. Penyakit timbul karena ada persoalan dengan energi, penyembuhan penyakit juga berhubungan dengan energi. Jangan bayangkan energi yang dimaksud identik dengan energi dalam dunia fisika. Dalam fisika, energi dibedakan atas energi potensial, energi kinetik, energi kimia, energi panas, energi cahaya, dan energi listrik. Dalam dunia klenik, ada satu lagi energi yang tidak memiliki satuan yaitu “energi vital”. Jangan dibayangkan energi tersebut dapat diukur atau dideteksi keberadaan maupun kerjanya.

Menurut pemercaya dan praktisi ‘energi vital”, penyakit pada manusia timbul karena terjadinya anomali atau ketidakseimbangan energi di dalam tubuh. Pengobatan dengan metode pemindahan energi adalah untuk memulihkan keseimbangan energi dengan mengalirkan energi vital tadi. Ada dua cara pengaliran energi vital tersebut: cara internal dan cara eksternal.

Cara internal, si sakit—di bawah bimbingan master (dukun)—berusaha sendiri mengalirkan energi vital itu ke dalam tubuhnya. Caranya, melakukan latihan pernapasan, konsentrasi, dan relaksasi. Istilah yang digunakan oleh para praktisi untuk metode ini beragam, bergantung basis tradisi dan keyakinan yang dianut. Praktisi yang beragama Islam, misalnya, mungkin memadukannya dengan zikir. Contoh-contoh pengobatan yang menggunakan metode ini antara lain: Qigong, meditasi Quan Yin, pengobatan holistik, senam gaib.

Benarkah cara meditasi ini bermanfaat, dalam pengertian dapat benar-benar menyembuhkan penyakit?. Penelitian-penelitian ilmiah terhadap metode ini tidak menemukan efek yang signifikan. Kalau pun ada efek, lebih banyak bersifat placebo, yaitu efek yang dirasakan sesaat, alias instant, sementara sumber penyakitnya tetap. Contoh efek placebo, ketika anda merasakan nyeri yang luar biasa ketika terserang sakit gigi tiba-tiba anda dihadapkan pada sesuatu yang menyedot seluruh perhatian anda, maka rasa nyeri tadi hilang. Tetapi, begitu sesuatu tadi lenyap dari fokus perhatian anda, nyeri pada gigi tadi kembali terasa. Parameter efek placebo itu bersifat subjektif, berupa perasaan nyaman si sakit.

Cara eksternal, adalah pemindahan energi oleh orang lain, yaitu si master atau dukun yang mengklaim dirinya memiliki kemampuan tersebut. Transfer energi dilakukan melalui sentuhan atau tanpa sentuhan pada pasien. Cara sentuhan, dukun meletakkan telapak tangan pada bagian tertentu dari pasien, misalnya punggung, sambil berkonsentrasi (konsentrasi adalah cara memindahkan energi). Untuk cara tanpa sentuhan, dukun berada pada jarak tertentu dari pasien, lalu berkonsentrasi ke arah pasien sambil menggerak-gerakkan tangannya. Apa efeknya pada pasien? Sembuhkah?

Sama saja dengan cara internal, yaitu hanya menimbulkan efek placebo. Bahkan, cara ekternal ini rawan penyalahgunaan, karena proses pengobatan dapat disertai dengan trik. Sebuah tim peneliti dari Amerika Serikat pernah mengamati teknik pengobatan yang dilakukan seorang master Qigong di Cina yang mengklaim dapat menyalurkan energi vital melalui ujung-ujung jari tangannya.. Pasien dibaringkan di atas sebuah meja, master berada pada jarak 2,5 meter melakuan konsentrasi dan menggerakan-gerakkan tangannya. Tubuh si pasien tampak bergerak-gerak secara ritmik atau menyentak-nyentak sesuai dengan gerakan tangan si master. Anehnya, ketika posisi meja pasien di ubah, sehingga pasien tidak dapat melihat gerakan master, gerak ritmis dan sentakan tubuh tadi tidak lagi terjadi.

Efek placebo muncul karena daya sugesti dari kata pengarah yang di sampaikan dukun. Suatu percobaan yang dilakukan seorang professor di Amerika Serikat tentang efek sugesti kata pengarah berikut ini patut di simak. Di ruang kelas si professor menyemprotkan air kran ke udara, lalu dia meminta mahasiswa untuk mengangkat tangan begitu mereka mencium aroma cairan tersebut. Hasilnya sungguh mengagumkan, 73 persen siswa di kelas itu mengaku mencium aroma yang sesungguhnya tidak ada. Apalah aroma air.


Pernyataan dan Klaim yang Dapat Menyesatkan

Dari contoh-contoh pengobatan gaib yang sudah dipaparkan di atas terdapat beberapa aspek yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan sikap apakah akan “mempercayai” atau “tidak mempercayai” setiap praktik pengobatan tersebut. Di luar klaim-klaim khusus setiap metode itu masih ada lagi klaim umum dalam dunia pengobatan gaib yang perlu dicermati dan dikritisi agar terhindar dari upaya-upaya penipuan berkedok pengobatan gaib.

Beberapa klaim dan ungkapan para praktisi pengobatan gaib yang perlu diwaspadai itu adalah sebagai berikut.

1) Banyak penyakit yang tidak dapat diatasi ilmu kedokteran
Banyak penyakit yang tidak dapat dijelaskan dan disembuhkan dengan ilmu kedokteran modern. Itu adalah kalimat klasik yang sering dilontarkan untuk menunjuk berbagai fenomena (penyakit) yang belum dapat dijelaskan atau diatasi dengan baik oleh ilmu kedokteran modern. Terhadap beragam fenomena penyakit seperti itu, dikatakan bahwa itu adalah penyakit yang masuk ranah gaib. Yang dimaksud ranah gaib adalah: penyakit yang disebabkan oleh kutukan atas perbuatan dosa, ulah makhluk halus, ruh jahat dan sebagainya.

Orang-orang yang mengucapkan kalimat-kalimat yang menegasikan peran atau fungsi ilmu kesehatan modern itu sering mengabaikan fakta bahwa ilmu pengetahuan modern telah berjasa besar mengungkap beragam rahasia penyakit. Ingat, dulu semua penyakit yang disebabkan oleh faktor-faktor biologis dianggap penyakit kutukan atau oleh makhluk makhluk halus. Kusta, cacar, ayan semua dianggap penyakit kutukan. Orang demam tinggi sampai tidak sadarkan diri, mengigau, atau mengamuk, karena malaria dianggap sebagai kerasukan makhluk halus. Orang yang mati mendadak karena serangan jantung, atau lumpuh karena stroke dikatakan karena terkena santet. Sungguh sangat menyesatkan jika fenomena yang jelas-jelas dapat diketahui hubungan sebab-akibatnya itu, saat ini masih harus diksait-kaitkan dengan hal-hal gaib.

Melalui riset-riset berdasarkan metode ilmiah rahasia-rahasia penyakit dapat diungkapkan. Kalau pun masih banyak yang belum terungkap, karena riset-riset ilmiah membutuhkan kecermatan, waktu, kerja keras dan biaya yang tidak sedikit. Rahasia penyakit tidak pernah bisa diungkapkan hanya dengan melakuan semadi atau melihatnya melalui air bening di dalam mangkuk dan belanga.

Malaria, demam berdarah, lumpuh layu, dan flu burung adalah contoh-contoh penyakit yang disebabkan oleh kuman biologis, kuman itu hanya dapat dilumpuhkan dengan obat-obatan yang bersifat fisik-material, tidak dengan jimat dan jampi-jampian. Tanpa diterapkannya konsep dan tindakan ilmiah yang tepat, percayalah penyakit-penyakit tersebut dapat menurunkan populasi manusia secara signifikan.

2) Akhir-akhir ini muncul beragam penyakit aneh
Banyaknya pemberitaan tentang berbagai penyakit yang dulu tidak dikenal, seperti HIV-AIDS, flu burung, cacat lahir teratologis dan sebagainya telah menimbulkan pandangan di masyarakat bahwa penyakit-penyakit itu adalah buah dari kesombongan manusia dengan sains dan teknologi modernnya. Pandangan ini sungguh keliru. Fenomena itu sama sekali bukan sesuatu yang baru. Yang baru adalah kemampuan sains mengungkapkan penyebabnya.

HIV-AIDS, misalnya baru berhasil diketahui pada dekade 1980-an. Ternyata, penyakit tersebut sudah menyerang manusia primitif di Afrika. Penyebaran penyakit itu meluas akhir-akhir ini karena mobilitas manusia antar negara mengalami peningkatan di era teknologi transportasi modern, terutama sejak pertengahan abad ke-20. Selain itu, khususnya di Indonesia, akses terhadap informasi-informasi unik belum lama kita nikmati. Baru setelah koran-koran masuk desa, berdirinya puluhan stasiun televisi swasta, kita di Indonesia ini melek informasi. Jadi, bukan fenomenanya yang baru, melainkan kita baru mengetahuinya. Semua keterbukaan informasi itu terjadi berkat sains dan teknologi, bukan karena penerawangan melalui penglihatan gaib.

3) Klien atau pasiennya orang-orang terkenal
Orang-orang terkenal: pejabat tinggi, tokoh masyarakat, dan artis-artis memang sering dijadikan panutan sekali gus sebagai standar gengsi dan gaya hidup. Wajarlah jika para produsen barang dan jasa berlomba-lomba mencari orang-orang dari kalangan ini untuk dijadikan maskot advertensi bagi produk atau jasa yang dijualnya.

Para dukun pun menyadari pentingnya orang-orang itu bagi usaha klenik yang digelutinya. Jangan heran jika banyak dukun yang mengklaim bahwa pasiennya bukan hanya berasal dari kalangan berstatus sosial rendah, tetapi juga berasal dari kalangan elit. Sudah lumrah jika ada dukun yang mengklaim pernah didatangi beberapa menteri, pengusaha, gubernur, atau artis terkenal. Tujuannya, tidak lain, untuk mengankat status dan kehebatan ilmunya serta kepopuleran dirinya.

Penulis pernah menjumpai dukun kelas kaki lima di seputaran alun-alun kota Bandung yang memajang foto dirinya bersama seorang penyanyi dangdut terkenal. Sebenarnya secara teknik-fotografis, foto yang dipajangnya itu sangat mencurigakan, karena jejak proses repro dan cropping-nya sangat kentara. Dia mengaku bahwa artis tersebut pernah datang berobat kepadanya.

Yang paling sering di manfaatkan adalah foto bersama pejabat. Padahal, foto bersama penjabat itu belum tentu untuk kepentingan klenik. Kalaupun memang tujuannya untuk “berdukun”, para pejabat dan kaum selebritis pasti datang sembunyi-sembunyi dan menghindari publikasi. Kesempatan paling mudah untuk berfoto bersama pejabat dan kaum selebriti adalah pada musim kampanye, pada saat itu para pejabat atau orang-orang terkenal berlomba-lomba untuk diterima atau dekat dengan masyarakat kelas bawah. Pada saat itu mereka tidak akan menolak jika ada rakyat yang mengajak foto bersama.

4) Anda harus benar-benar yakin
“Jika anda benar-benar yakin, mudah-mudahan anda cepat sembuh”. Adalah kalimat yang biasa dilontarkan dukun pada pasiennya “Jika anda ragu, percuma saja, pengobatan ini tidak akan bermanfaat”. Padahal, orang yang datang ke dukun pastilah orang yang mempunyai keyakinan bahwa pengobatan gaib si dukun itu berkhasiat. Kalimat ini hanya kalimat yang meneror emosi pasien, orang yang mengaku yakin akan sesuatu seringkali tidak tahu seberapa kuat keyakinannya. Dengan emosi yang terteror itu, maka kalau pun pengobatan itu nantinya tidak memberikan hasil yang berarti, si pasien tidak bisa komplain. Oleh sebab itu, logika yang harus dikembangkan adalah “Saya butuh bukti untuk meyakini sesuatu”

5) Tuhan yang menentukan
Ketika berhadapan dengan dukun, kita sering mendengar dukun mengucapkan kalimat-kalimat berikut. “Manusia hanya bisa berusaha, hasilnya Tuhan yang menentukan”. “Sekuat apa pun usaha yang kita lakukan jika Tuhan tidak merestui maka kita tidak bisa berbuat apa-apa”. “Saya ini hanya perantara saja, yang menentukan adalah Tuhan”. “Mari kita sama-sama berdoa agar niat dan harapan kita terkabul” Apa makna dan implikasi kalimat-kalimat tersebut?

Dengan mengucapkan kalimat-kalimat itu si dukun sudah menciptakan cara cuci-tangan yang paling aman terhadap segala kemungkinan gagal. Jika kebetulan berhasil dia akan memperoleh predikat dukun makbul, doanya dikabulkan Tuhan. Tetapi jika gagal, itu bukan kesalahan atau karena kelemahannya, melainkan karena Tuhan tidak berkehendak memenuhi harapan si klien. Jadi, gagal atau berhasil bagi si dukun tidak ada salahnya dan tidak ada masalah.

Mari kita renungkan ucapan yang bernada-hindar tersebut. Jika Tuhan menjadi penentu berhasil atau tidaknya seseorang dalam memenuhi harapannya, maka implikasi logisnya adalah bahwa peran si dukun dalam keberhasilan itu sama sekali tidak ada. Mengapa?

Terkabul atau tidaknya harapan si klien adalah tergantung pada suka atau tidaknya Tuhan pada si klien. Jika faktor dukun berpengaruh maka faktor klien seharusnya sudah tidak jadi pertimbangan lagi. Lebih jelasnya, terkabul tidaknya harapan si klien ditentukan status si klien tadi di mata Tuhan. Jika status si klien yang menjadi penentu, maka peran dukun tidak ada artinya lagi.

Seorang dukun, terutama dukun-dukun berbasis mistisisme, sering mengklaim dirinya adalah orang yang telah memenuhi segala persyaratan untuk berhubungan dengan kekuatan adikodrati yang paling sakral. Logisnya, jika status dukun sudah seperti itu dia memiliki otoritas yang menentukan. Jika kemudian si dukun mengatakan “Manusia hanya bisa berusaha, hasilnya Tuhan yang menentukan”, atau “Sekuat apa pun usaha yang kita lakukan jika Tuhan tidak merestui maka kita tidak bisa berbuat apa-apa”; maka dalam proses pengobatan itu status dukun tidak ada bedanya dengan kliennya.

Selanjutnya, “Saya ini hanya perantara saja, yang menentukan adalah Tuhan”; dan “Mari kita sama-sama berdoa agar niat dan harapan kita terkabul” Jika pasien tidak sembuh, itu bukan salah dukun, melainkan Tuhan tidak mengabulkan doa si pasien. Seandainya pun pasien sembuh, maka patut dipertanyakan pula “doa siapa sesungguhnya yang dikabulkan, doa si dukun atau doa si pasien?”.


Menyikapi Klaim Mukjisat Pengobatan Gaib

a. Lingkup penyakit
Macam penyakit dan tingkat keganasan penyakit yang dapat disembuhkan melalui teknik pengobatan gaib seringkali luar biasa banyaknya. Ada brosur dan iklan yang menjanjikan bahwa dukun X mampu mengobati berbagai jenis penyakit mulai dari diabetes mellitus (kencing manis), gagal ginjal, rematik, kanker, impotensi, hingga gangguan roh halus. Tetapi bila kita cermati ada jenis-jenis penyakit yang cenderung “dihindari” yaitu penyakit-penyakit menular (infectious disease). Kebanyakan, jenis penyakit atau kesakitan yang paling banyak “dijanjikan” dapat disembuhkan adalah kelompok penyakit kronik yang disebabkan oleh disfungsi organ dalam (diabetes, rematik, impotensi dan sejenisnya); atau penyakit-penyakit yang bersifat kejiwaan.

Mengapa penyakit menular seperti sifilis, cacar, tifus, demam berdarah, kusta, flu burung, atau malaria cenderung dihindari? Penyakit-penyakit menular itu sifat serangannya sangat cepat dan fatal. Tidak ada jimat atau mantra yang dapat melumpuhkannya selain anti virus—bila penyebabnya virus atau antibiotik—bila penyebabnya bakteri yang sesuai. Demam berdarah, misalnya, dalam waktu tiga hari sudah cukup untuk menewaskan penderitanya bila tidak segera mendapat perawatan medis. Paraktisi pengobatan gaib tidak mau ambil risiko yang akan menjatuhkan kredibilitasnya dengan menantang penyakit-penyakit seperti itu, sebab peluang gagalnya sudah pasti sangat besar.

Kesakitan yang disebabkan oleh disfungsi organ biasanya berlangsung lama sebelum menewaskan korbannya (kronis). Sering terjadi penderita penyakit kronis tadi tewas bukan karena penyakit tersebut, melainkan oleh sebab-sebab yang lain. Penyakit kronis sering menimbulkan penderitaan yang tak kunjung hilang sehingga dapat menimbulkan tekanan emosi pada diri penderitanya. Penderita suatu penyakit kronis kadang merasa putus asa, oleh sebab itu cenderung mencoba segala cara atau berbagai jenis obat yang dapat mengatasi penderitaannya itu. Ketika penderita semacam ini menemukan “dukun” yang dapat menghilangkan penderitaannya, walau sesaat (karena efek placebo, misalnya) maka si penderita itu akan merasakan betapa “manjurnya” pengobatan si dukun tersebut. Hilangnya penderitaan sesaat tadi sudah cukup untuk membuat si penderita tidak kritis terhadap fakta bahwa dia terpaksa harus berkali-kali datang dan mengeluarkan uang untuk si dukun, karena penyakitnya memang tidak sembuh secara permanent.

Gangguan kejiwaan seperti depresi dan histeria adalah jenis penyakit yang paling disukai karena penyakit ini dapat dengan mudah ditimpakan pada makhluk halus sebagai biang keladinya. Keberadaan faktor penyebab gangguan kejiwaan itu tidak mungkin dapat dilihat atau didteksi dengan peralatan apapun, sehingga klaim-klaim atau pengalaman-pengalaman subjektif si dukun dan waham si pasien sudah cukup dijadikan alat untuk meyakinkan orang.

b. Klaim khasiat
Khasiat yang dijanjikan dukun-dukun praktisi pengobatan gaib seringkali berlebihan. Bahkan ada iklan yang berani menyatakan bahwa bila khsiat pengobatan tidak terbukti, uang pasien akan dikembalikan. Dapatkah klaim tersebut dipertanggungjawabkan dan dipercayai? Bagaimana cara membuktikan klaim tersebut? Bila kita mau kritis, sebenarnya ada beberapa kriteria yang dapat kita dijadikan ukuran apakah pengobatan gaib itu benar-benar efektif sehingga pantas disebut mukjisat. Kriteria-kriteria tersebut, antara lain, tercakup di dalam suatu prinsip yang dikenal dengan Lambertini’s Rules sebagai berikut.

1) Penyakit atau kesakitan yang diderita si pasien haruslah yang tergolong gawat.
Yang dimaksud dengan penyakit gawat adalah penyakit yang bila tidak segera diobati kecil kemungkinannya si penderita akan selamat. Contoh penyakit masuk kategori ini adalah sirosis hati akibat hepatitis-B kronis, demam berdarah, flu burung, dan stroke. Sakit gigi dan batuk pilek tentunya tidak tergolong penyakit gawat, sebab tanpa diobati pun penyakit seperti itu seringkali sembuh dengan sendirinya.

2) Penyakit tersebut bersifat sulit atau tidak tersembuhkan dan si pasien belum
mengalami kesembuhan pada saat pengobatan dimulai.

Penyakit yang termasuk ke dalam kategori sulit atau tidak tersembuhkan misalnya TBC, AIDS, dan Parkinson. TBC adalah salah satu penyakit yang sulit disembuhkan tetapi bukan tidak dapat tersembuhkan. Proses penyembuhan biasanya berjalan lama. Bila penderita sudah berada tahap “sembuh” lalu diberi pengobatan gaib maka pengobatan gaib tadi bukanlah penyebab kesembuhan tersebut.

3) Si pasien belum atau tidak sedang menerima pengobatan di luar pengobatan gaib
tersebut

Sering kita mendengar orang yang mengaku telah berobat kemana-mana, sudah puluhan dokter dan dukun didatangi, tetapi penyakitnya tidak sembuh. Setelah diobati oleh dukun Y barulah dia merasa sembuh. Jika memang begitu keadaannya, maka kesembuhan atau perasaan sembuh yang dialami pasien tadi tidak bisa diklaim sebagai bukti kehebatan dukun Y. Boleh jadi kesembuhan itu disebabkan oleh proses pengobatan sebelumnya. Juga tidak tepat seorang dukun mengklaim bahwa kesembuhan pasiennya berkat jasanya jika, ternyata, selama pengobatan itu si pasien juga menggunakan obat-obatan lain.

3) Kesembuhan haruslah cepat (karena mukjizat) bukan bertahap dan memakan waktu
yang panjang

Sering kita menjumpai dukun atau tabib berkata: “Penyakit anda dapat disembuhkan tetapi akan memakan waktu lama”. Memakan waktu lama bukanlah ciri kemukjizatan, suatu penyakit bisa saja sembuh dengan sendirinya jika dibiarkan dalam waktu yang cukup lama, meskipun tanpa diobati. Tubuh manusia memiliki sistem kekebalan (antibody) yang dapat terbentuk setelah tubuh menerima benda asing (antigen) yang menimbulkan kesakitan.

4) Kesembuhan itu tidak lagi menyisakan bibit penyakit bersangkutan

Penyakit kanker disebut sembuh jika sel-sel kakernya habis. Jika sel-sel kanker tadi masih ada, belum dapat dikatakan bahwa penyakitnya telah hilang. Orang seringkali mudah tertipu oleh efek placebo yang instan, karena sugesti.

5) Kesembuhan terjadi bukan bersamaan dengan atau mengikuti peristiwa alamiah. yang dapat menyebabkan si pasien berpikir ada penyebab lain yang mendorong kesembuhannya

Yang dimaksud dengan perubahan alamiah yang dapat menyebabkan berubahnya kondisi tubuh yang dapat menyebabkan kesembuhan adalah bekerjanya sistem kekebalan tubuh, berubahnya produksi hormon karena faktor usia atau siklus menstruasi pada wanita, atau terjadinya perubahan kondisi lingkungan seperti perubahan cuaca dan iklim. Wanita yang mengalami kesakitan pada saat menstruasi pada saatnya akan sembuh dengan sendirinya bila satu siklus telah berakhir. Gejala asma juga bisa muncul atau hilang jika kondisi lingkungan berubah.

6) Kesembuhan itu haruslah bersifat permanen, tidak kambuh lagi Puncak kesembuhan total sebagai konsekuensi dari kemukjizatan adalah tidak kambuhnya penyakit bersangkutan. Kekambuhan dapat dimaknai sebagai tidak efektifnya pengobatan. Kalau pun penyakit itu adalah penyakit siklik yang dapat berulang, maka pengulangan itu harus tidak terjadi lagi. Itulah yang disebut sembuh secara permanen.



Mukjisat memang bukan sesuatu yang tidak mungkin, tetapi peluang kejadiannya sangat sangat kecil sehigga nyaris mustahil.


Referensi :
  • -
  • Dari berbagai sumber



  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Item Reviewed: Pengobatan Alternatif Yang Perlu Dikritisi - Pengobatan Gaib Description: Pengobatan Alternatif Yang Perlu Dikritisi - Pengobatan Gaib Rating: 5 Reviewed By: Unknown
Scroll to Top
/*javascript Widget Pop Up Card untuk maintenance by Jackson Leonardy*/ /*javascript Widget Pop Up Card untuk maintenance by Jackson Leonardy*/